Rabu, 08 Mei 2013

Suratsurat Hati



“Rembulan akan berganti mentari, hujan akan berganti pelangi.

Salahkan hatiku yang masih menanti
?”


ketika rona fajar mulai menghilang di langit pagi, dan kau tetap muncul dalam dalam hati ku, aku memikirkan seperti apa kabarku di dalam hatimu.
Baikkah?sehat-sehat saja? Atau masih sama seperti biasanya?
kukira jemariku sudah lelah menuliskan suratsurat hatiku untukmu . Karna Aku hampir menyerah untuk tahu alamat pintu hatimu. Sudah lama ingin kutahu, namun urung aku mencari tahu karna tak pula kutahu seperti apa kunci hatimu sejak dulu.
Aku mengacuhkan kebodohanku! Karna tak mudah menggantikan dirimu di fikiranku.
ku anggap dirimu sudah menjadi hantu dalam kepalaku. Menghipnotis jutaan jaringan dalam sel otak ku. Bukan hanya otakku, tapi juga panca inderaku, debaran di dadaku, serta jemari-jemariku yang menari kembali menyapamu. Meski aku tak tahu surat ini akan sampai ke mana, tapi aku paham bahwa rasaku tak mungkin tak sampai padamu.
Perasaanku tak butuh alamat. Meski surat ini membutuhkannya.
Masa bodoh saja! dia, surat ini... akan menunggu untuk sampai ke alamatnya.
Jika Tuhan memihakku, meski surat ini tak kutulis dengan tinta merah cintaku, kulipat rapi dengan pita warna warni fikiranku, kububuhi perasaan cinta dan alamat pintu hatimu.
Yang entah kapan sampai ke tempat yang dituju, tapi kuyakin angin lebih dulu menyampaikan perasaanku ini padamu.
Kembai ku susun satuper satu kertas putih yang penuh goresan kata hatiku. Tak lupa ku selipkan doa cinta di tiap lipatan suratku.
Maka kini, kupejamkan mataku. ..
Ku hela nafasku, dan meyakini hatiku...
Aku  percaya,
Seperti Hujan yang tak selalu menjanjikan pelangi, namun ku tau...
perasaanku padamu tak butuh janji, karna ku yakin pelangi itu tetap ada...

-TISYA  WINDY. A-

1 komentar: